Inilah Tema Natal PGI & KWI 2012: "Allah Telah Mengasihi Kita (1 Yoh. 4:19)."
Bagi gereja-gereja, lembaga-lembaga Kristen, dan Persekutuan Kristiani
yang ingin menggunakan tema Natal ini, PGI dengan senang hati
menyambutnya.
PESAN NATAL BERSAMA
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA DI INDONESIA (PGI)
KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KWI)
TAHUN 2012
Saudara-saudari terkasih,
Setiap merayakan Natal, pandangan kita selalu terarah kepada bayi
yang lahir dalam kesederhanaan, namun menyimpan misteri kasih yang tak
terhingga. Allah menjadi manusia dan tinggal di antara kita. Inilah
perayaan penuh sukacita atas kedatangan Tuhan. Dialah Sang Juruselamat
yang menjadi manusia lemah dan miskin, agar kita yang miskin ini dapat
ambil bagian dalam kekayaan keallahan-Nya. Maka pada perayaan kelahiran
Yesus Kristus ini, baiklah kita merenungkan kasih Allah itu dan
menegaskan apa yang harus kita lakukan untuk hidup sebagai orang-orang
yang percaya kepada-Nya.
Kasih Allah Bagi Semua Manusia
Allah mengasihi semua manusia. Kasih-Nya yang besar kepada manusia
itu diwujudkan dengan mengutus Anak-Nya yang tunggal ke dunia. Anak itu
dikandung oleh seorang perawan, bernama Maria. Kelahiran-Nya membawa
sukacita bagi banyak orang. Warta gembira itu diserukan oleh malaikat
Allah: “sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk
seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus,
Tuhan, di kota Daud” (Luk 2:10-11). Tanda sukacita itu nyata dalam diri
seorang bayi yang dibungkus dengan lampin dan dibaringkan dalam palungan
sebagai wujud kesederhanaan dan kesahajaan.
Kasih Allah itu disambut dengan gembira oleh para gembala yang
bergegas pergi ke Betlehem untuk menjumpai bayi itu seperti diwartakan
oleh malaikat Allah. Hal yang sama juga dilakukan oleh orang-orang majus
dari Timur. Mereka mencari kanak-kanak Yesus dengan mengikuti bimbingan
bintang. Setelah menemukan tempat yang dicarinya, “masuklah mereka ke
dalam rumah itu dan melihat Anak itu bersama Maria, ibu-Nya, lalu sujud
menyembah Dia” (Mat. 2:11a).
Begitulah bayi kudus itu semakin menjadi besar dalam didikan kasih
kedua orangtua-Nya. Dia “makin bertambah besar dan bertambah hikmat-Nya
dan besar-Nya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia” (Luk 2:52).
Kasih Allah Tanpa Syarat
Allah adalah kasih (bdk. 1 Yoh 4:8.16b). Seluruh aktivitas Allah
adalah tindakan kasih. Ia menyatakan diri dalam kasih kepada manusia. Ia
mengasihi manusia tanpa membedakan. Ia tidak menuntut syarat apa pun
dari manusia sebelum menyatakan kasih-Nya. Ia mengasihi orang benar
maupun orang jahat dan semuanya tidak pernah lepas dari kasih-Nya.
Demikianlah, Allah Bapa di surga, “menerbitkan matahari bagi orang yang
jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan
orang yang tidak benar” (Mat. 5:45).
Semua orang telah berdosa dan dosa membuat manusia terpisah dari
Allah. Akibatnya, manusia kehilangan kemuliaannya sebagai anak Allah (Rm
3:23) dan tidak layak untuk tinggal bersama Allah. Hukuman yang harus
diterima oleh orang berdosa adalah terpisah dari Allah, “sebab upah dosa
adalah maut” (Rm 6:23).
Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Demikianlah Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).
Tetapi, Yesus rela menanggung penderitaan agar kita dibebaskan dari maut tersebut dan kita dianggap benar oleh Allah. Yesus pun rela menanggung semua itu karena Ia mengasihi manusia dan melihat semua manusia sebagai sahabat. Yesus menunjukkan kasih-Nya dengan memberikan nyawa-Nya sendiri untuk para sahabat-Nya. Sabda-Nya, “Tidak ada kasih yang lebih besar dari pada kasih seorang yang memberikan nyawanya untuk sahabat-sahabatnya” (Yoh 15:13). Demikianlah Allah “telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal” dan Ia telah “mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia” (Yoh 3:16-17).
Jelas bahwa “bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang
telah mengasihi kita” (1Yoh 4:10). Allah tidak menunggu manusia
mengasihi diri-Nya dan baru kemudian Ia mau mengasihi mereka. Ia
mengasihi manusia walaupun manusia berdosa dan Kristus sendiri mati
ketika manusia masih berdosa (Rm. 5:8). Yesus datang ke dalam dunia dan
hidup di tengah manusia bukan karena manusia itu baik. Sebaliknya, Ia
rela meninggalkan kemuliaan surgawi dan mengurbankan diri-Nya justru
karena manusia berdosa dan tidak sanggup melepaskan diri dari ikatan
dosa. Semua ini dilakukan-Nya semata-mata karena Ia menghendaki kebaikan
dan kebahagiaan manusia. Allah menghendaki manusia hidup bahagia dalam
kemuliaan abadi bersama Dia.
Mengasihi seperti Allah
Kehadiran Kristus sebagai manusia di dalam dunia ini mengajak kita
untuk mengasihi seperti Allah. Sabda menjadi manusia untuk menjadi
teladan kita dalam mengasihi. Seperti Allah yang menyatakan kasih-Nya
dalam diri Kristus, kita diingatkan untuk mengasihi sesama semata-mata
karena kita menginginkan orang lain bahagia. Hal ini juga berarti bahwa
kita diajak untuk mengasihi sesama tanpa membuat pembedaan, walaupun
mereka tidak berlaku seperti yang kita harapkan. Jika demikian, kita
berlaku seperti Allah dan menjadi anak-anak Allah.
Hanya orang yang membuka hati dan menyadari kasih Allah akan dapat
mengasihi Allah dan sesama. Jika orang mengatakan bahwa ia mengasihi
Allah tetapi membenci saudaranya, ia berdusta karena tidak mungkin
mencintai Allah yang tidak kelihatan tanpa mencintai sesama yang
kelihatan. Siapa yang mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi
saudaranya (bdk. 1Yoh 4:20-21). Dasar untuk saling mengasihi ini adalah
kasih Allah. Dengan kasih seperti itulah orang diajak untuk mengasihi
sesamanya.
Dalam terang kasih itu, kami mengajak Saudara-saudari untuk menanggapi
kasih Allah dengan bertobat dan sungguh-sungguh mewujudkan
kasih dengan memperhatikan beberapa hal penting berikut ini:
- Allah menciptakan alam semesta ini baik adanya dan menyerahkan pemeliharaan serta pemanfaatannya secara bertanggungjawab kepada manusia. Perilaku tidak bertanggungjawab terhadap alam ciptaan akan menyengsarakan bukan hanya kita yang hidup saat ini, tetapi terlebih generasi yang akan datang. Maka kita dipanggil untuk melestarikan dan menjaga keutuhan ciptaan-Nya dari perilaku sewenang-wenang dalam mengelola alam.
- Melibatkan diri dalam berbagai usaha baik yang dilakukan untuk mengatasi persoalan-persoalan kemasyarakatan seperti konflik kemanusiaan, menguatnya sikap intoleran, dan perilaku serta tindakan yang menjauhkan semangat persaudaraan sebagai sesama warga bangsa.
- Melalui jabatan, pekerjaan dan tempat kita masing-masing dalam masyarakat, kita ikut sepenuhnya dalam semua usaha yang bertujuan memerangi kemiskinan jasmani maupun rohani. Demikian juga kita melibatkan diri dalam berbagai upaya untuk memberantas korupsi. Salah satu caranya adalah mengembangkan semangat hidup sederhana dan berlaku jujur.
- Melibatkan diri dalam menjawab keprihatinan bersama terkait dengan lemahnya penegakan hukum. Hal itu bisa kita mulai dari diri kita sendiri dengan menjadi warga negara yang taat kepada hukum dan yang menghormati setiap proses hukum seraya terus mendorong ditegakkannya hukum demi keadilan dan kebaikan seluruh warga bangsa.
Saudara-saudari terkasih,
Allah yang menyatakan kebesaran kasih-Nya melalui Yesus Kristus yang
dilahirkan di kandang Betlehem akan menyertai serta memberkati usaha
kita semua dalam memberi wujud pada kasih-Nya itu. Semoga kasih Allah
yang kita alami dan kita rayakan pada Natal ini mendorong kita untuk
semakin giat berbuat kasih.
Berkat Tuhan melimpah kepada kita.
SELAMAT NATAL 2012 DAN TAHUN BARU 2013
Jakarta, 20 November 2012
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI) INDONESIA (KWI)
Pdt. Dr. A. A. Yewangoe Mgr. I. Suharyo
Pdt. Dr. A. A. Yewangoe Mgr. I. Suharyo
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom, M. Th. Mgr. J.M. Pujasumarta
Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal
Tidak ada komentar:
Posting Komentar