TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan
dengan dia." (Kej 2:18)
Beberapa
minggu yang lalu ada salah seorang teman sekantor yang sudah
berkeluarga berbincang-bincang dengan saya selepas pulang kerja. Obrolan
akhirnya sampai kepada keluarga, dan dia bercerita bahwa ia menceraikan
istrinya dan kemudian menikah lagi. Alasannya apa? "karena tidak bisa punya anak.."
katanya ringan sambil tertawa kecil. Saya merasa kaget, tapi sebenarnya
itu adalah sebuah potret kehidupan. Begitu banyak orang yang akhirnya
mengalami kegagalan rumah tangga karena kekecewaan akan pasangannya yang
belum juga mampu menghadirkan keturunan. Ketika usia terus bertambah,
namun tidak juga mendapat keturunan, apalagi setiap hari ditanyai "kapan punya anak"
dari keluarga atau teman-teman, mereka pun mulai berpikir bahwa
pernikahan mereka telah gagal.
Sebagian lagi akan memakai hal ini
sebagai alasan untuk menikah lagi untuk kedua kalinya. Apakah saya
merasa tidak butuh keturunan? Sama sekali tidak. Saya masih terus berdoa
agar Tuhan berkenan memberkati kami dengan keturunan. Saya, sama
seperti pasangan lainnya, tentu mengharapkan keluarganya dilengkapi
dengan anak-anak. Wajar jika kita berharap akan lahirnya anak-anak dari
pernikahan kita. Namun yang ingin saya sampaikan adalah, tujuan utama
sebuah pernikahan bukanlah untuk mempunyai anak. Pernikahan bukanlah
peternakan.
Dari di atas tadi, dan
banyak kasus lain mengenai kegagalan rumah tangga akibat tidak mendapat
keturunan, saya melihat adanya salah kaprah mengenai tujuan utama
mendirikan lembaga pernikahan. Mereka memandang pernikahan layaknya
sebuah peternakan, dimana kita bisa mengembangbiakkan keturunan kita.
Sekali lagi, pernikahan bukanlah peternakan. Sebuah pernikahan, dimana
Tuhan sendiri yang memateraikan pembentukannya, punya tujuan yang jauh
lebih penting daripada sekedar memiliki keturunan. Apalagi jika dasarnya
hanyalah "kejar tayang" atau takut disebut "bujang lapuk/perawan tua",
akibat nafsu, gengsi, desakan orang tua dan lain-lain. Itu semua
bukanlah tujuan utama sebuah pernikahan menurut firman Tuhan. Ayat
bacaan hari ini menyatakan dengan jelas tujuan Allah menciptakan
pasangan buat manusia, yaitu sebagai penolong. Tuhan menciptakan Hawa
dari tulang rusuk Adam (ay 21), yang menunjukkan sebuah hubungan erat,
bahwa istri adalah bagian hidup suami, bukan sekedar alat pemuas nafsu
dan "pabrik" pembuat anak.Tapi Tuhan melengkapi kita dengan seorang
pasangan agar kita bisa saling melengkapi, saling menyempurnakan dan
saling menolong. Dalam sebuah pernikahan yang diberkati Tuhan, kita bisa
mengalami, menikmati dan saling berbagi sukacita dan cintakasih. Kita
bisa saling support ketika salah satu tengah mengalami kesulitan. Kita
bisa menghidupkan sebuah persekutuan dengan memuliakan Allah diatas
segalanya. Janji pernikahan yang kita ucapkan pun menyatakan hal itu,
bukan menyatakan bahwa kita menikah untuk membuat anak. Memiliki penerus
garis keturunan adalah penting dan merupakan dambaan hampir setiap
orang, namun itu bukanlah yang terutama.
"Sesungguhnya, anak-anak lelaki adalah milik pusaka dari pada TUHAN.." (Mazmur
127:3). Anak adalah pemberian dan anugerah dari Tuhan. Jangan tawar
hati jika hingga saat ini anda masih seperti saya yang belum saatnya
dikaruniai anak. Biarlah itu terjadi sesuai kehendak Tuhan, Sang
Pencipta. Yang penting adalah kita menyadari hakekat dari sebuah
pernikahan sesuai apa yang difirmankan Tuhan. Jangan merasa bahwa tanpa
anak, lembaga pernikahan yang anda bangun sebagai sebuah kegagalan.
Karena ada Allah yang bertahta di atasnya, yang telah memberkati dan
mengikat penyatuan hubungan antara suami dan istri. Jadikan pernikahan
sebagai tempat dimana anda bisa bersinergi dengan pasangan untuk
memuliakan Tuhan, dan bersama-sama seiring sejalan melakukan kehendak
Allah atas kehidupan kita. Pernikahan yang gagal bukanlah pernikahan
yang tidak melahirkan anak, melainkan pernikahan yang tidak berjalan
sesuai dengan kehendak Tuhan.
Ada anak atau tidak, tetaplah miliki pernikahan yang sukses penuh dengan kebahagiaan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar