Kata ‘murid atau siswa’ dalam bahasa Yunani disebut mathetes yang secara harafiah berarti orang yang belajar (dari kata: methano, yang artinya: belajar) atau orang yang mengikuti pelajaran seseorang. Dalam hal ini, siswa merupakan duplikat atau imitasi gurunya. Di dalam bahasa Inggris kata murid adalah disciple, yang diturunkan dari bahasa Latin: discipulus, yang di dalamnya terkandung arti: seorang pengikut yang setia.
Kesombongan Adalah Perseteruan
Suatu malam, seorang karyawan berkata kepada atasannya dalam pergumulannya, “Pak, saya sedang bergumul dengan diri saya. Saya merasa sombong dan ini mengganggu saya.” Melihat ekspresi wajahnya yang serius dan tulus, atasannya menjawabnya, “Tenang saja, kesombonganmu jelas masih dalam taraf yang belum puncak. Pernyataanmu bahwa kamu merasa sombong menunjukkan bahwa kamu tidak benar-benar sombong.” Setelah itu mereka berdua berbicara panjang lebar dan saling mendukung. Cerita ini mencerminkan sebuah keyakinan bahwa mereka yang sombong total biasanya tidak menyadari kesombongannya dan mereka yang mampu mengakui kesombongannya, masih memiliki sisa-sisa kerendahan hati.
Prinsip-prinsip Membaca Cerdas dalam Bentuk Peta
Mendengarkan adalah
kemampuan komunikasi pertama yang kita pelajari sewaktu bayi. Mendengarkan
merupakan kemampuan yang paling banyak kita gunakan pada saat dewasa. Inilah
satu-satunya kemampuan komunikasi yang sama sekali tidak diajarkan kepada kita
umumnya. Sistem pendidikan kita menekankan membaca dan menulis, walaupun
relatif kecil waktu yang kita gunakan untuk bentuk komunikasi tersebut. Sekitar
sepertiga waktu kita dihabiskan untuk berbicara, dan lebih banyak lagi yang
dihabiskan untuk mendengarkan.
Pernikahan Bukan Peternakan
TUHAN Allah berfirman: "Tidak baik, kalau manusia itu
seorang diri saja. Aku akan menjadikan penolong baginya, yang sepadan
dengan dia." (Kej 2:18)
Beberapa
minggu yang lalu ada salah seorang teman sekantor yang sudah
berkeluarga berbincang-bincang dengan saya selepas pulang kerja. Obrolan
akhirnya sampai kepada keluarga, dan dia bercerita bahwa ia menceraikan
istrinya dan kemudian menikah lagi. Alasannya apa? "karena tidak bisa punya anak.."
katanya ringan sambil tertawa kecil. Saya merasa kaget, tapi sebenarnya
itu adalah sebuah potret kehidupan. Begitu banyak orang yang akhirnya
mengalami kegagalan rumah tangga karena kekecewaan akan pasangannya yang
belum juga mampu menghadirkan keturunan. Ketika usia terus bertambah,
namun tidak juga mendapat keturunan, apalagi setiap hari ditanyai "kapan punya anak"
dari keluarga atau teman-teman, mereka pun mulai berpikir bahwa
pernikahan mereka telah gagal.
Langganan:
Postingan (Atom)